disini saya ingin membagikan cerita pewayangan
Petruk Madheg Pandhita. dengan terjemahan yang sedikit rumit. Buat teman saya,
Nova. Maaf, kalau terjemahannya agak rumit. Dan untuk cerita Abimanyu
yang saya janjikan. Maaf saya tidak bisa memposting. Check it out.
Petruk Madeg Pandhita
Kecap kacarita, praja Ngamarta yang memimpin negaranya Para Pandhawa, mendadak konclang seperti
ketabarak dahuru. Sudah
ada beberapa waktu, negara Amarta terkena
pageblug, kedatangan penyakit
nggegitisi.
Banyak para
nayakaning
praja, sentana, dalah kawula yang sedang
cintraka. Keadaan tadi dimulai dari
murcane
semua
piyandele
Kadang Pandawa, berupa seperti
senjata
sakti. Para
Kurawa dari
Ngastina,
babar sekali tidak punya
krenteg
memberi bantuan kepada
kadang
Pandhawa yang terkena cobaan. Dari pratikele Patih Sengkuni dan didhombani dening Pandhita Durna,
Kurawa malah mempunyai anggapan bila
keadaan ini mewuujudkan
salah satu kekosonngan untuk
menyingkirkan para Pandhawa.
Tiba-tiba waktu itu, Pandhita Durna dan
Patih
Sengkuni yang sedang
menata wadyabala Kurawa ada di hutan Kurumanggala,
malah menipu utusan dari Ratu
Gandarwa dari
Praja
Cundharante. Utusan tadi
Senapati
kembar wadya Kajiman yang disebut
Tumenggung
Pesatnyawa yang
Tumenggung
Sambernyawa. Ujaring berkata, Pandhita Durna
yang
Patih
Sengkuni, mahaguru dalah warangka dalam negara Ngastina, akan
menjadi tumbal di
negara
Cundharante. Wadyabala Kurawa heboh
poyang-payingan.
Tanpa dbela
Pandhita
Durna dan Rekyana
Patih Sengkuni, wadya Kurawa bakalan
menurun tenaganya.
Raden Aswatama, putranya Pandhita Durna, sigra meminta bantuan kepada Adipati Karna. Tidak lama, Adipati Karna bisa berhasil mengejar dan ngasorake yudane Senapati Kajiman tadi. Tidak segitu, ketika menghadapi Sang Nagarangsang salah saunya ular naga dari
Cundharante
yang besarnya tiada taraa. Adipati
Karna kasoran yudane. Malah paningale sakit-sakitnya
ditusuk bisa/rcun sampai buta. Untung
kemayangan,
Kanjeng Adipatiterus menerima pertolongan
dari Prabu baladewa, Nata Mandura, Adipati Karna lalu membawa lari menuju
Praja
Dwarawati, sakperlu nyuwun usada marang Prabu Kresna.
Waktu itu, Raden Arjuna
baru bangun baru
semedi, bertarima kasih kepada yang memberi anugrah Jawata,
berwujud usada
tumrap pageblug ada di
Praja
Ngamarta, serta kembalinya semua pusaka yang hilang tanpa jejak. Di
sana Raden Janaka banjur midhanget pisambating Patih
Sengkuni dalah Pandhita Durna yang baru membawa
lari dari
Jim
sakembaran. Sampai
menggunakan minyak Jayengkaton, Raden Arjuna bisa mengetahui larinya Pesatnyawa dalah
Sambernyawa. Raden Arjuna langsung menemui Jim sakembaran, dan meminta supaya Priyagung
Ngastina penyakite
dibebaske. Sulayaning rembug, dadi perang. Eman Raden Arjuna asor yudane, dan gugur di
pabaratan.
Bersama
menguningnya bendarane menemui
tiwas,
Petruk, ya Ki Lurah Kanthongbolong sigra cancut taliwanda. Senajan tata laire brupa teman tumrap para
kadang Pandawa. Ki Lurah Petruk mono sejatinya
salah satu satriya Kajiman atau
gandarwa
dari
negara di
dasarnya samudra/laut. Dikala itu dia
sesulih
Bambang Panyukilan, tidak lain
ya
putranya
Begawan
Salantara. Maka dari itu dia menemui
reribed,lalu mendapat bantuan dari kadang Gandarwa.
Ki Lurah Petruk menerima salah
satu pusaka sakti berwujud kembang Candra Urawan kapunyaan Ratu dari Gandarwa. Sampai menggunakan pusaka tadi, Petruk berhasil ngusadani Raden Arjuna.
Sayang sekali, Raden Arjuna yang seharusnya meneruskan pertapaan, lalu kapilut apus kramane Raden Aswatama yang menjanjikan kembalinya Praja Ngastina
kepada
kadang
Pandhawa. Raden aArjuna kemmbali mengejar Jim
sakembaran menuju Praja
Cundharante. Bareng tadhing yuda, Raden Arjuna, lalu
pergi meninggalkan Bendaradan
saudaranya, para Punakawan, yaitu Ki Lurah Semar, Gareng, kalawan Bagong.
Sampai membawa
pusaka
sakti Kembang
Candra Urawan, Petruk namur laku kan mendirikan pratapan baru di tepis wiringing Praja Ngamarta. Ki Lurah Petruk
madeg dadi pendhita. Dheweke banjur sesilih Ajar Panyukilan. Kecuali ulah tapa, Ajar Panyukilan yang bersifat loman, seneng awah usada tumrap kawula yang sedang sakit.
Ki Lurah Semar, Gareng dan Bangong yang bingung
dimulai
Raden
Arjuna menemui
tiwas,
cepat-cepat datang kepada Praja
Ngamarta meminta bantuan
putra
Pandhawa. Bersama nguningani
yen Raden Arjuna menemui
tiwas,
para satriya tadi lalu mengamuk punggung ada praja Cundharante. Sakawit bisa unggul yudane, namun bersama dipapagake Sang
Nagarangsang, Raden Wrekudara, Raden Gatutkaca, Raden Antareja, Raden Setyaki,
sarta oara satriya liyane, kasoran dan tiwas ada madyaning paprangan.
Dari perintah
Prabu
Kresna, Raden Abimanyu meminta sraya
marang Ajar Panyukilan, dari
patapan
Karangsinamur. Terkadang Pandhawa
dan
para
putra yang
nemahi
tiwas, diusadani denging Sang Ajar. semua
waluya
temahing jati. segitu juga Adipati
Karna yang sedang buta, bisasembuh lagi. Pungkasane, Ajar Panyukilan juga diminta sraya jadi Senapatining
prang dari
Praja
Ngamartam saperlu ngadani peperangan malawan
Praja
Cundharante.
Semua pertolongan praja Cundharante
bisa kasor yudane dari
Ajar
Panyukilan. Tidak hanya segitu, bersama terkena bisa/racun Nagarangsang,
Ajar Panyukilan badhar menjadi Ki
Lurah Petruk. Ki Lurah Petruk muruna, lalu
menamai pusaka Kembang Candra Urawan kapada Nagarangsang sawadyabalane. Nagarangsan
badhar menjadi pusaka
Dwarawati yaitu pusakannya
Prabu
Kresna yang berwujud sanjata
Cakra Baskara. Jim sakembaran badhar menjadi Raden Antasena
dalah Raden Irawan. Sebegitu juga para Kadang
Satriya Kajiman dari
Cundharante
semua mrnjadi berubah
rupa,
ka,bali berwujud pusaka piyandele
kadang Pandhawa, Ratu di
kajiman
yang membela pati kataman
Kembang Candra Urawan badhar jadi Raden Sadewa,
dene kembang Candra Urawan berubah menjadi cangkok Wijaya
Kusuma, piyandele Prabu Kresna.
Gancaring carita, Praja Ngamarta dan Dwarawati kembali kepada kahanan sakawit, gemah ripah loh
jinawi, tata titi tentrem karta raharja.
"Maaf mbak
banyak ngak bisanya daripada bisanya
hahhahhhahhahhaah"
itu kata dari penerjemah. Mohon maaf untuk Nova
Tidak ada komentar:
Posting Komentar